SELAMAT DATANG DI BLOG MUSHOLLA SUMBULATUN NABAWI

Minggu, 31 Juli 2011

Cerita

Sebuah Cerita tentang Bid’ah di Dusun Kami


Kang Hanif telah lama didaulat masyarakat di desa untuk memangku masjid. Semua acara keagamaan dia yang memimpin. Suatu hari ada seorang berjenggot panjang dan bercelana cingkrang dari sebelah desa menudingnya sebagai pelaku bid’ah, churafat, takhayul, bahkan syirik.

“Mas, sampean jangan terus-terusan menyesatkan umat. Tahlilan, sholawatan, yasinan, manaqiban, bermaaf-maafan sebelum memasuki Ramadhan, itu bid’ah. Apalagi mendoakan mayit, tawasul atau ngirim pahala untuk orang sudah mati. Doa itu tidak sampai, bahkan merusak iman. Musyrik hukumnya,” kata orang tersebut dengan gaya sok paling Islam dan paling benar.

Kang Hanif hanya diam saja. Ia sudah beberapa kali menghadapi orang begitu yang biasanya hanya bermodal “ngeyel” dengan ilmu agama yg jauh dari memadai. Persis seperti anak kecil baru belajar karate, yang baru tahu satu dua jurus saja lagak lakunya belagu.

Walau kang Hanif telah 9 tahun mengaji di pesantren Tambak Beras dan paham betul dasar-dasar amaliyah itu, ia tetap tak membantah dan membiarkan orang itu terus menudingnya. “Percuma saja membantah orang itu. Hatinya tertutup jenggotnya. Mata hatinya tak seterbuka mata kakinya,” batin kang Hanif.

Beberapa waktu kemudian ayah orang yang berjenggot dan bercelana cingkrang itu meninggal dunia. Kang Hanif datang bertakziyah bersama para jamaahnya. Dia lantas berdoa keras di depan mayit si bapak dan jama’ahnya mengamini.

“Ya Allah, laknatlah mayit ini. Jangan ampuni dosanya. Siksalah dia sepedih-pedihnya. Kumpulkan dia bersama Fir’aun, Qorun dan orang yg Engkau laknati. Masukkan dia di neraka sedalam-dalamnya, selama-lamanya”.

Si jenggot bercelana cingkrang menghampiri Kang Hanif, bermaksud menghentikan doanya.

“Jangan protes. Katamu doa kepada mayit tidak akan sampai. Santai saja. Tidak ada yg perlu engkau khawatirkan bukan? Kalau aku sih yakin doaku sampai,” ujar kang Hanif tenang.

Muka si jenggot bercelana cingkrang pucat. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya yang biasa menghakimi orang lain.

Senin, 06 September 2010

Sholat Tarawih

Jumlah Raka’at Shalat Tarawih Menurut Madhab Empat



Ada beberapa pendapat mengenai bilangan rakaat yang dilakukan kaum muslimin pada bulan Ramadhan sebagai berikut:

1. Madzhab Hanafi

Sebagaimana dikatakan Imam Hanafi dalam kitab Fathul Qadir bahwa Disunnahkan kaum muslimin berkumpul pada bulan Ramadhan sesudah Isya’, lalu mereka shalat bersama imamnya lima Tarawih (istirahat), setiap istirahat dua salam, atau dua istirahat mereka duduk sepanjang istirahat, kemudian mereka witir (ganjil).

Walhasil, bahwa bilangan rakaatnya 20 rakaat selain witir jumlahnya 5 istirahat dan setiap istirahat dua salam dan setiap salam dua rakaat = 2 x 2 x 5 = 20 rakaat.

2. Madzhab Maliki

Dalam kitab Al-Mudawwanah al Kubro, Imam Malik berkata, Amir Mukminin mengutus utusan kepadaku dan dia ingin mengurangi Qiyam Ramadhan yang dilakukan umat di Madinah. Lalu Ibnu Qasim (perawi madzhab Malik) berkata “Tarawih itu 39 rakaat termasuk witir, 36 rakaat tarawih dan 3 rakaat witir” lalu Imam Malik berkata “Maka saya melarangnya mengurangi dari itu sedikitpun”. Aku berkata kepadanya, “inilah yang kudapati orang-orang melakukannya”, yaitu perkara lama yang masih dilakukan umat.

Dari kitab Al-muwaththa’, dari Muhammad bin Yusuf dari al-Saib bin Yazid bahwa Imam Malik berkata, “Umar bin Khattab memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim al-Dari untuk shalat bersama umat 11 rakaat”. Dia berkata “bacaan surahnya panjang-panjang” sehingga kita terpaksa berpegangan tongkat karena lama-nya berdiri dan kita baru selesai menjelang fajar menyingsing. Melalui Yazid bin Ruman dia berkata, “Orang-orang melakukan shalat pada masa Umar bin al-Khattab di bulan Ramadhan 23 rakaat”.

Imam Malik meriwayatkan juga melalui Yazid bin Khasifah dari al-Saib bin Yazid ialah 20 rakaat. Ini dilaksanakan tanpa wiitr. Juga diriwayatkan dari Imam Malik 46 rakaat 3 witir. Inilah yang masyhur dari Imam Malik.

3. Madzhab as-Syafi’i

Imam Syafi’i menjelaskan dalam kitabnya Al-Umm, “bahwa shalat malam bulan Ramadhan itu, secara sendirian itu lebih aku sukai, dan saya melihat umat di madinah melaksanakan 39 rakaat, tetapi saya lebih suka 20 rakaat, karena itu diriwayatkan dari Umar bin al-Khattab. Demikian pula umat melakukannya di makkah dan mereka witir 3 rakaat.

Lalu beliau menjelaskan dalam Syarah al-Manhaj yang menjadi pegangan pengikut Syafi’iyah di Al-Azhar al-Syarif, Kairo Mesir bahwa shalat Tarawih dilakukan 20 rakaat dengan 10 salam dan witir 3 rakaat di setiap malam Ramadhan.

4. Madzhab Hanbali

Imam Hanbali menjelaskan dalam Al-Mughni suatu masalah, ia berkata, “shalat malam Ramadhan itu 20 rakaat, yakni shalat Tarawih”, sampai mengatakan, “yang terpilih bagi Abu Abdillah (Ahmad Muhammad bin Hanbal) mengenai Tarawih adalah 20 rakaat”.

Menurut Imam Hanbali bahwa Khalifah Umar ra, setelah kaum muslimin dikumpulkan (berjamaah) bersama Ubay bin Ka’ab, dia shalat bersama mereka 20 rakaat. Dan al-Hasan bercerita bahwa Umar mengumpulkan kaum muslimin melalui Ubay bin Ka’ab, lalu dia shalat bersama mereka 20 rakaat dan tidak memanjangkan shalat bersama mereka kecuali pada separo sisanya. Maka 10 hari terakhir Ubay tertinggal lalu shalat dirumahnya maka mereka mengatakan, “Ubay lari”, diriwayatkan oleh Abu Dawud dan as-Saib bin Yazid.

Kesimpulan

Dari apa yang kami sebutkan itu kita tahu bahwa para ulama’ dalam empat madzhab sepakat bahwa bilangan Tarawih 20 rakaat. Kecuali Imam Malik karena ia mengutamakan bilangan rakaatnya 36 rakaat atau 46 rakaat. Tetapi ini khusus untuk penduduk Madinah. Adapun selain penduduk Madinah, maka ia setuju dengan mereka juga bilangan rakaatnya 20 rakaat.

Para ulama ini beralasan bahwa shahabat melakukan shalat pada masa khalifah Umar bin al-Khattab ra di bulan Ramadhan 20 rakaat atas perintah beliau. Juga diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang shahih dan lain-lainnya, dan disetujui oleh para shahabat serta terdengar diantara mereka ada yang menolak. Karenanya hal itu menjadi ijma’, dan ijma’ shahabat itu menjadi hujjah (alasan) yang pasti sebagaimana ditetapkan dalam Ushul al-Fiqh.

Minggu, 08 Agustus 2010

Arah Kiblat

MUI Ralat Fatwa Arah Kiblat Salat



Majelis Ulama Indonesia (MUI) meralat fatwa No 03 Tahun 2010 tentang Kiblat. Arah kiblat yang sebelumnya disebutkan menghadap barat kini telah direvisi menjadi ke arah barat laut.

"Untuk Indonesia secara umum kiblat menghadap ke barat laut, bukan barat, ini sekaligus merevisi fatwa kita yang tempo hari," ujar Ketua MUI Bidang Fatwa Ma'ruf Amin saat berbincang dengan detikcom, Rabu (14/7/2010).

MUI pun menghimbau agar semua wilayah di Indonesia harus menyesuaikan arah kiblat sesuai dengan ralat dari fatwa sebelumnya.

"Indonesia itu letaknya tidak di timur pas Kabah tapi agak ke selatan, jadi arah kiblat kita juga tidak barat pas tapi agak miring yaitu arah barat laut," terangnya.

Fatwa yang diralat tersebut adalah fatwa yang dikeluarkan MUI Tanggal 22 Maret 2010 lalu. Adapun diktum fatwa MUI No. 03 Tahun 2010 tentang Kiblat disebutkan:

1. Kiblat bagi orang shalat dan dapat melihat Kabah adalah menghadap ke bangunan Kabah (ainul ka’bah).
2. Kiblat bagi orang yang salat dan tidak dapat melihat Kabah adalah arah Kabah (jihat al-Ka’bah).
3. Letak georafis Indonesia yang berada di bagian timur Kabah/Mekkah, maka kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke arah barat.

Detik.com : 14 Juli 2010

Arah Kiblat dari Indonesia

Makkah 21o25’ LU 39o50’ BT menjadi kiblat bagi ahlul ardli termasuk Indonesia.

Arah kiblat dari Indonesia ke Makkah : ke barat laut dengan ukuran derajat bervariasi sesuai dengan letak tiap kawasan pada garis lintang dan garis bujur. Contoh :

Kawasan lintang utara :

1. Sabang 05o54’ LU 095o21’ BT : 21o56’08” AQ

2. Banda Aceh 05o35’ LU 095o20’ BT : 22o08’13” AQ

3. Medan 03o38’ LU 098o38’ BT : 22o44’46” AQ

4. Pekanbaru 00o36’ LU 101o14’ BT : 23o46’18” AQ

5. Sambas 01o18’ LU 109o18’ BT : 22o18’19” AQ

6. Tarakan 03o18’ LU 117o35’ BT : 21o12’59” AQ

7. Gorontalo 00o34’ LU 123o05’ BT : 21o29’37” AQ

8. Manado 01o33’ LU 124o53’ BT : 21o21’58” AQ

Kawasan katulistiwa :

Pontianak 00o00’ katulistiwa 109o22’ BT : 22o44’37” AQ

Kawasan lintang selatan :

1. Padang 00o57’ LS 100o21’ BT : 24o41’51” AQ

2. Jambi 01o36’ LS 103o38’ BT : 24o15’42” AQ

3. Palembang 02o59’ LS 104o47’ BT : 25o36’33” AQ

4. Bandar Lampung 05o25’ LS 105o17’ BT : 25o17’11” AQ

5. Serang 06o08’ LS 106o09’ BT : 25o18’03” AQ

6. Tangerang 06o12’ LS 106o38’ BT : 25o11’55” AQ

7. Jakarta 06o10’ LS 106o49’ BT : 25o08’31” AQ

8. Pelabuhanratu 07o01’ LS 106o03’ BT : 25o36’23” AQ

9. Bandung 06o57’ LS 107o34’ BT : 25o11’10” AQ

10. Yogyakarta 07o48’ LS 110o21’ BT : 24o42’46” AQ

11. Semarang 07o00’ LS 110o24’ BT : 24o30’17” AQ

12. Surabaya 07o15’ LS 112o45’ BT : 24o01’45” AQ

13. Palangkaraya 02o16’ LS 113o56’ BT : 22o43’23” AQ

14. Banjarmasin 03o22’ LS 114o40’ BT : 22o51’38” AQ

15. Samarinda 00o28’ LS 117o11’ BT : 21o59’21” AQ

16. Ujungpandang 05o08’ LS 119o27’ BT : 22o28’04” AQ

17. Kendari 03o57’ LS 122o35’ BT : 21o57’36” AQ

18. Denpasar 08o37’ LS 115o13’ BT : 23o44’32” AQ

19. Mataram 08o36’ LS 116o08’ BT : 23o32’22” AQ

20. Kupang 10o12’ LS 123o35’ BT : 22o10’57” AQ

21. Ambon 03o42’ LS 128o14’ BT : 21o28’23” AQ

22. Fakfak 03o52’ LS 132o20’ BT : 21o14’40” AQ

23. Jayapura 02o28’ LS 140o38’ BT : 22o09’12” AQ

24. Sorong 00o50’ LS 131o15’ BT : 21o24’10” AQ

25. Merauke 08o30’ LS 140o27’ BT : 20o09’06” AQ

Isu tentang adanya pergeseran arah qiblat dari sebagian besar masjid di Indonesia akibat gempa masih harus dibuktikan dengan penelitian yang seksama secara ilmiah melibatkan sejumlah ahli dari berbagai disiplin ilmu, termasuk ahli hisab-fiqh. Masjid-masjid yang arah qiblatnya tidak tepat pada umumnya disebabkan oleh kurang cermatnya dalam mengukur arah qiblat sejak awal mula memulai pembangunan masjid. Masjid-masjid yang sejak awal mula ketika memulai pembangunan sudah didasarkan pada pengukuran arah qiblat yang benar, ternyata hingga sekarang masih tetap standar.

Posisi Arah Barat Indonesia

Garis lintang 0o dari Pontianak ke barat melewati Kepri, Riau, Sumatera Barat, Samudra Hindia sampai ke Somalia selatan, tepatnya di utara kota Kismayu.

Semua daerah Indonesia yang berada di Lintang Utara dan beberapa daerah yang berada di Lintang Selatan bila ditarik garis ke barat akan bertemu dengan negara Somalia. Beberapa wilayah Indonesia tersebut yaitu

Wilayah Lintang Utara :

1. Sabang

2. Banda Aceh

3. Medan

4. Pekanbaru

5. Sambas

6. Tarakan

7. Samarinda

8. Gorontalo

9. Manado

Wilayah Lintang Selatan :

1. Padang

2. Jambi

3. Palangkaraya

4. Sorong

5. Jayapura

Daerah Indonesia yang berada di Lintang Selatan bila ditarik garis ke barat ada dua kemungkinan, yaitu bertemu dengan negara Kenya dan negara Tanzania. Daerah-daerah yang bertemu dengan negara Kenya yaitu :

1. Palembang

2. Banjarmasin

3. Kendari

4. Ambon

5. Fakfak

Daerah-daerah yang bertemu dengan negara Tanzania :

1. Bandar Lampung

2. Serang

3. Tangerang

4. Jakarta

5. Pelabuhanratu

6. Bandung

7. Yogyakarta

8. Semarang

9. Surabaya

10. Ujungpandang

11. Denpasar

12. Mataram

13. Kupang

14. Merauke

Sumber : KH A. Ghazalie Masroeri

Selamat Menjalankan Amanah
Sebagai Ta'mir Musholla Sumbulatun Nabawi 1431-1434 H
Dewan Penasehat
Misbah
Mugiono
Munaim
Warso SP
Hoerudin
H. Andi Kasman
Mawin

Ketua
Abdullah Toha

Wakil Ketua
Miftahul Huda Mahzum

Sekretaris
Sanusi

Bendahara
Rohmadianto





Rabu, 26 Agustus 2009

Opini

MAKNA BULAN SUCI RAMADHAN

Oleh Miftahul Huda Mahzum*

Tiada momentum yang terindah untuk memberikan istirahat tubuh kita dalam kesibukan sehari-hari melebihi bulan suci ramadHan. Setidaknya Allah SWT sengaja memberikan satu bulan ramadan ini untuk ummatnya. Allah SWT tahu betul bahwasannya di bulan-bulan lain, ummatnya terlalu sibuk dengan urusan dunia yang tak jelas kapan ujung pangkalnya.

Melalui segala limpahan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada mahluk yang paling istimewa yang bernama manusia, Allah Anugerahkan satu bulan untuk melakukan intropeksi, evaluasi diri serta taubat dan beramal baik yang pahalanya dilipatgandakan yang tidak diberikan di sebelas bulan lainnya. Biasanya dalam sebelas bulan lain, kita begitu bernafsu mengejar-ngejar apapun yang tidak jelas endingnya. Para saudagar sibuk menumpuk-numpuk hartanya, yang kaya sibuk memperkaya diri, yang muda sibuk berhura-hura, yang miskin sibuk mencari jalan untuk memperkaya diri, yang politisi sibuk sikut sana sikut sini demi melanggengkan posisinya, yang birokrasi sibuk mencari posisi bahkan rela melalui jalan korupsi dan kolusi, yang sopir sibuk mengejar-ngejar setoran, yang penguasa begitu ngotot ingin mempertahankan kekuasaannya. Begitulah kondisi yang terjadi di sebelas bulan lainnya.

Singkatnya, hampir setiap manusia terkena penyakit seperti kehausan yang tak tersegarkan. Andai kata tidak ada satu bulan seperti ramadan, yang mempunyai keistimewaan tersendiri, jelas 12 bulan yang ada penuh dengan kesibukan tanpa ada kesempatan untuk melakukan evaluasi tentang apa yang pernah kita lakukan selama ini. Mungkin kita menganggap bahwa apa yang selama ini kita lakukan sudah benar, padahal kita tahu setiap manusia tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan terhadap apa yang pernah kita lakukan. Untunglah ada Ramadan. Bulan yang penuh berkah dan ampunan, dan apabila kita mampu memahami dan berfikir cerdas dan mengfungsikan secara optimal dan berdaya guna, dapat diharapkan, kualitas keimanan kita kepada Allah SWT akan meningkat.

Datangnya bulan Suci Ramadan akan memberi energi rohani kembali setelah kehidupan kita mengadakan safari selama 11 bulan. Karena tidak tahu batas finis safari kehidupan kita, entah besok, entah siang, entah malam, entah setahun lagi, sepuluh tahun lagi, yang jelas perjalanan hidup kita ada finisnya, maka untuk pembekalan safari sebelas bulan mendatang kita isi kembali, agar ditengah perjalanan tidak kehabisan energi, sebab bila benar-benar terjadi motor kehidupan kita kehabisan energi bisa berakibat fatal. Mengisi energi dengan menjalankan Puasa Ramadan.

Ibadah Puasa Ramadan merupakan salah satu kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk manusia agar dapat mendekatkan diri kepada Allah dimanapun ia berada, terutama ditujukan kepada orang-orang yang beriman, agar semakin bertambah taqwanya kepada Allah, baik selama menjalankan puasa maupun sesudahnya, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqoroh Ayat 183 yang artinya : "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu melaksanakan puasa sebagaimana yang diwajibkan atas kaum sebelummu, agar kamu bertaqwa".

Salah satu keutamaan bulan Suci Ramadan adalah seperti yang dijelaskan Rasulullah S.A.W : "Ketika datang malam pertama dari bulan Ramadhan seluruh syaithan dibelenggu, dan seluruh jin diikat. Semua pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang terbuka. Semua pintu sorga dibuka hingga tidak ada satupun pintu yang tertutup. Lalu tiap malam datang seorang yang menyeru; "Wahai orang yang mencari kebaikan kemarilah ; wahai orang yang mencari keburukan menyingkilah. Hanya Allah lah yang bisa menyelamatkan dari api neraka". (H.R.Tirmidzi.)

Dalam riwayat Bukhari dari Abu Hurairoh RA berkata: berkata Rasulullah SAW: "Ketika telah masuk bulan Ramadhan maka dibuka pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka jahannam, dan dibeleggu semua syaithan". Dalam Riwayat Bukhari yang lain; "ketika telah tiba bulan Ramadhan maka di bukakan pinti-pintu sorga".

Jadi, di dalam bulan Ramadan ini Allah SWT menjauhkan semua penyebab kehancuran dan kemaksiatan karena syaitan diikat dan dibelenggu, hingga tidak mampu membujuk manusia untuk melakukan kemaksiatan yang keji dan terlarang, hal ini disebabkan manusia sibuk melakukan ibadah, mengekang hawa nafsu mereka dengan beribadah, berdzikir dan banyak membaca Al-Qur'an. Ini sekaligus penggugah hamba beriman bahwa tidak ada alasan lagi untuk meninggalkan ibadah dan taat kepada Allah SWT ataupun melakukan maksiat karena sumber utama penyebab kemaksiatan, yaitu syetan telah dibelenggu.

Ditutupnya pintu neraka mempunyai arti bahwa setiap hamba hendaknya tidak lagi melakukan perkara yang munkar dan mengekang diri dari menuruti hawa nafsunya, karena neraka sebagai tempat pembalasannya sedang ditutup. Pintu neraka ditutup semata untuk menghukum syaitan dan saat itulah selayaknya kemaksiatan berkurang dan sirna lalu digantikan dengan perbuatan mulia dan kebajikan. Sementara dibukanya pintu-pintu sorga mengisyaratkan terhamparnya kesempatan seluas-luasnya untuk meraih sorga dalam bulan Ramadan.

Selain itu, ada beberapa hikmah yang didapatkan dalam Bulan Suci Ramadan diantaranya :

1. Sebagai pernyataan syukur kepada Allah SWT.

2. Sebagai latihan memegang amanah yang dititipkan oleh Allah SWT.

3. Sebagai upaya penjernihan/pensucian jiwa, pikiran dan perilaku manusia.

4. Sebagai terapi/pengobatan untuk berbagai penyakit.

5. Sebagai pendidik mental rohaniyah yang paling efektif antara lain untuk memperkuat kemauan dan penaklukan akal atas syahwat.

Di bulan Suci Ramadan ini ada beberapa amalan yang dapat dilakukan oleh ummat manusia guna meningkatkan kualitas keimanan kepada Allah SWT, diantaranya adalah :

1. Banyak membaca Al-Quran. Bulan Ramadan adalah bulan Al-Quran sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. Ibnu Abbas R.A. berkata : "Nabi (Muhammad SAW) adalah orang yang paling dermawan diantara manusia. Kedermawaannya meningkat saat malaikat Jibril menemuinya setiap malam hingga berakhirnya bulan Ramadan, lalu Nabi membacakan Al-Quran dihadapan Jibril. Pada saat itu kedermawaan Nabi melebihi angin yang berhembus."

2. Menahan hawa nafsu dan kesenangan duniawi. Yaitu dengan mengurangi makan ketika berbuka serta tidak berlebih-lebihan. Dalam sebuah hadist dikatakan "Tidak ada perkara yang lebih buruk dari pada memenuhi isi perut dengan makanan secara berlebihan". Ruh puasa terletak pada memperlemah syahwat, mengurangi keinginan dan mengekang nafsu.

3. Berdo'a ketika berbuka puasa. Abu Hurairah R.A. berkata : Rasulullah SAW Bersabda: Ada tiga golongan yang tidak akan ditolak do'anya, mereka itu adalah: orang puasa ketika berbuka, doa pemimpin yang adil dan doa orang yang teraniaya".

4. Qiyamullail (Tahajjud). Dalam sebuah Hadits menerangkan tentang Qiyamullail adalah : Sabda Rasulullah SAW : "Barang siapa menghidupkan malam Ramadan dengan penuh keimanan dan harapan mendapatkan ridho Allah SWT semata, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau".

5. Berlomba-lomba dalam bersedekah. Hendaknya berusaha untuk selalu memberikan makanan untuk berbuka bagi mereka yang berpuasa walaupun hanya seteguk air ataupun sebutir korma sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:"Barang siapa yang memberi ifthar (untuk berbuka) orang-orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun". (HR. Bukhari Muslim)

6. Banyak melakukan I`tikaf di Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadan. I`tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadan merupakan penyempurna ibadah puasa. Sepuluh hari terakhir bulan Ramadan merupakan keutamaan yang dipilih oleh Allah SWT sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah R.A. Bahwasanya Nabi Muhammad SAW selalu beri`tikaf di malam sepuluh terakhir bulan Ramadan hingga ajal menjemputnya, kemudian sunnah ini dihidupkan lagi oleh isteri-isteri Rasulullah selepas kematiannya" (HR. Bukhari Muslim).

Akhirnya, sebagai ummat manusia yang diberikan akal dan pikiran, sekarang tergantung kepada kita masing-masing, apakah kita ingin lebih dekat kepada Allah SWT dengan menggunakan Bulan Suci Ramadan ini untuk memperbanyak amalan dan sodaqoh, atau kita ingin jauh dengan Allah SWT dengan melewatkan begitu saja bulan yang penuh barokah dan ampunan yang belum tentu kita dapat jumpai di tahun depan. Akhirnya, selamat berpuasa, dan semoga kita dapat menjumpai bulan Ramadan di tahun yang akan datang. Amin.


*Penulis adalah Ketua Yayasan Masofa, Bogor, Pemperhati Masalah Politik dan Sosial Keagamaan