SELAMAT DATANG DI BLOG MUSHOLLA SUMBULATUN NABAWI

Rabu, 26 Agustus 2009

Opini

MAKNA BULAN SUCI RAMADHAN

Oleh Miftahul Huda Mahzum*

Tiada momentum yang terindah untuk memberikan istirahat tubuh kita dalam kesibukan sehari-hari melebihi bulan suci ramadHan. Setidaknya Allah SWT sengaja memberikan satu bulan ramadan ini untuk ummatnya. Allah SWT tahu betul bahwasannya di bulan-bulan lain, ummatnya terlalu sibuk dengan urusan dunia yang tak jelas kapan ujung pangkalnya.

Melalui segala limpahan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada mahluk yang paling istimewa yang bernama manusia, Allah Anugerahkan satu bulan untuk melakukan intropeksi, evaluasi diri serta taubat dan beramal baik yang pahalanya dilipatgandakan yang tidak diberikan di sebelas bulan lainnya. Biasanya dalam sebelas bulan lain, kita begitu bernafsu mengejar-ngejar apapun yang tidak jelas endingnya. Para saudagar sibuk menumpuk-numpuk hartanya, yang kaya sibuk memperkaya diri, yang muda sibuk berhura-hura, yang miskin sibuk mencari jalan untuk memperkaya diri, yang politisi sibuk sikut sana sikut sini demi melanggengkan posisinya, yang birokrasi sibuk mencari posisi bahkan rela melalui jalan korupsi dan kolusi, yang sopir sibuk mengejar-ngejar setoran, yang penguasa begitu ngotot ingin mempertahankan kekuasaannya. Begitulah kondisi yang terjadi di sebelas bulan lainnya.

Singkatnya, hampir setiap manusia terkena penyakit seperti kehausan yang tak tersegarkan. Andai kata tidak ada satu bulan seperti ramadan, yang mempunyai keistimewaan tersendiri, jelas 12 bulan yang ada penuh dengan kesibukan tanpa ada kesempatan untuk melakukan evaluasi tentang apa yang pernah kita lakukan selama ini. Mungkin kita menganggap bahwa apa yang selama ini kita lakukan sudah benar, padahal kita tahu setiap manusia tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan terhadap apa yang pernah kita lakukan. Untunglah ada Ramadan. Bulan yang penuh berkah dan ampunan, dan apabila kita mampu memahami dan berfikir cerdas dan mengfungsikan secara optimal dan berdaya guna, dapat diharapkan, kualitas keimanan kita kepada Allah SWT akan meningkat.

Datangnya bulan Suci Ramadan akan memberi energi rohani kembali setelah kehidupan kita mengadakan safari selama 11 bulan. Karena tidak tahu batas finis safari kehidupan kita, entah besok, entah siang, entah malam, entah setahun lagi, sepuluh tahun lagi, yang jelas perjalanan hidup kita ada finisnya, maka untuk pembekalan safari sebelas bulan mendatang kita isi kembali, agar ditengah perjalanan tidak kehabisan energi, sebab bila benar-benar terjadi motor kehidupan kita kehabisan energi bisa berakibat fatal. Mengisi energi dengan menjalankan Puasa Ramadan.

Ibadah Puasa Ramadan merupakan salah satu kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk manusia agar dapat mendekatkan diri kepada Allah dimanapun ia berada, terutama ditujukan kepada orang-orang yang beriman, agar semakin bertambah taqwanya kepada Allah, baik selama menjalankan puasa maupun sesudahnya, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqoroh Ayat 183 yang artinya : "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu melaksanakan puasa sebagaimana yang diwajibkan atas kaum sebelummu, agar kamu bertaqwa".

Salah satu keutamaan bulan Suci Ramadan adalah seperti yang dijelaskan Rasulullah S.A.W : "Ketika datang malam pertama dari bulan Ramadhan seluruh syaithan dibelenggu, dan seluruh jin diikat. Semua pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang terbuka. Semua pintu sorga dibuka hingga tidak ada satupun pintu yang tertutup. Lalu tiap malam datang seorang yang menyeru; "Wahai orang yang mencari kebaikan kemarilah ; wahai orang yang mencari keburukan menyingkilah. Hanya Allah lah yang bisa menyelamatkan dari api neraka". (H.R.Tirmidzi.)

Dalam riwayat Bukhari dari Abu Hurairoh RA berkata: berkata Rasulullah SAW: "Ketika telah masuk bulan Ramadhan maka dibuka pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka jahannam, dan dibeleggu semua syaithan". Dalam Riwayat Bukhari yang lain; "ketika telah tiba bulan Ramadhan maka di bukakan pinti-pintu sorga".

Jadi, di dalam bulan Ramadan ini Allah SWT menjauhkan semua penyebab kehancuran dan kemaksiatan karena syaitan diikat dan dibelenggu, hingga tidak mampu membujuk manusia untuk melakukan kemaksiatan yang keji dan terlarang, hal ini disebabkan manusia sibuk melakukan ibadah, mengekang hawa nafsu mereka dengan beribadah, berdzikir dan banyak membaca Al-Qur'an. Ini sekaligus penggugah hamba beriman bahwa tidak ada alasan lagi untuk meninggalkan ibadah dan taat kepada Allah SWT ataupun melakukan maksiat karena sumber utama penyebab kemaksiatan, yaitu syetan telah dibelenggu.

Ditutupnya pintu neraka mempunyai arti bahwa setiap hamba hendaknya tidak lagi melakukan perkara yang munkar dan mengekang diri dari menuruti hawa nafsunya, karena neraka sebagai tempat pembalasannya sedang ditutup. Pintu neraka ditutup semata untuk menghukum syaitan dan saat itulah selayaknya kemaksiatan berkurang dan sirna lalu digantikan dengan perbuatan mulia dan kebajikan. Sementara dibukanya pintu-pintu sorga mengisyaratkan terhamparnya kesempatan seluas-luasnya untuk meraih sorga dalam bulan Ramadan.

Selain itu, ada beberapa hikmah yang didapatkan dalam Bulan Suci Ramadan diantaranya :

1. Sebagai pernyataan syukur kepada Allah SWT.

2. Sebagai latihan memegang amanah yang dititipkan oleh Allah SWT.

3. Sebagai upaya penjernihan/pensucian jiwa, pikiran dan perilaku manusia.

4. Sebagai terapi/pengobatan untuk berbagai penyakit.

5. Sebagai pendidik mental rohaniyah yang paling efektif antara lain untuk memperkuat kemauan dan penaklukan akal atas syahwat.

Di bulan Suci Ramadan ini ada beberapa amalan yang dapat dilakukan oleh ummat manusia guna meningkatkan kualitas keimanan kepada Allah SWT, diantaranya adalah :

1. Banyak membaca Al-Quran. Bulan Ramadan adalah bulan Al-Quran sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. Ibnu Abbas R.A. berkata : "Nabi (Muhammad SAW) adalah orang yang paling dermawan diantara manusia. Kedermawaannya meningkat saat malaikat Jibril menemuinya setiap malam hingga berakhirnya bulan Ramadan, lalu Nabi membacakan Al-Quran dihadapan Jibril. Pada saat itu kedermawaan Nabi melebihi angin yang berhembus."

2. Menahan hawa nafsu dan kesenangan duniawi. Yaitu dengan mengurangi makan ketika berbuka serta tidak berlebih-lebihan. Dalam sebuah hadist dikatakan "Tidak ada perkara yang lebih buruk dari pada memenuhi isi perut dengan makanan secara berlebihan". Ruh puasa terletak pada memperlemah syahwat, mengurangi keinginan dan mengekang nafsu.

3. Berdo'a ketika berbuka puasa. Abu Hurairah R.A. berkata : Rasulullah SAW Bersabda: Ada tiga golongan yang tidak akan ditolak do'anya, mereka itu adalah: orang puasa ketika berbuka, doa pemimpin yang adil dan doa orang yang teraniaya".

4. Qiyamullail (Tahajjud). Dalam sebuah Hadits menerangkan tentang Qiyamullail adalah : Sabda Rasulullah SAW : "Barang siapa menghidupkan malam Ramadan dengan penuh keimanan dan harapan mendapatkan ridho Allah SWT semata, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau".

5. Berlomba-lomba dalam bersedekah. Hendaknya berusaha untuk selalu memberikan makanan untuk berbuka bagi mereka yang berpuasa walaupun hanya seteguk air ataupun sebutir korma sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:"Barang siapa yang memberi ifthar (untuk berbuka) orang-orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa dikurangi sedikitpun". (HR. Bukhari Muslim)

6. Banyak melakukan I`tikaf di Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadan. I`tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadan merupakan penyempurna ibadah puasa. Sepuluh hari terakhir bulan Ramadan merupakan keutamaan yang dipilih oleh Allah SWT sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah R.A. Bahwasanya Nabi Muhammad SAW selalu beri`tikaf di malam sepuluh terakhir bulan Ramadan hingga ajal menjemputnya, kemudian sunnah ini dihidupkan lagi oleh isteri-isteri Rasulullah selepas kematiannya" (HR. Bukhari Muslim).

Akhirnya, sebagai ummat manusia yang diberikan akal dan pikiran, sekarang tergantung kepada kita masing-masing, apakah kita ingin lebih dekat kepada Allah SWT dengan menggunakan Bulan Suci Ramadan ini untuk memperbanyak amalan dan sodaqoh, atau kita ingin jauh dengan Allah SWT dengan melewatkan begitu saja bulan yang penuh barokah dan ampunan yang belum tentu kita dapat jumpai di tahun depan. Akhirnya, selamat berpuasa, dan semoga kita dapat menjumpai bulan Ramadan di tahun yang akan datang. Amin.


*Penulis adalah Ketua Yayasan Masofa, Bogor, Pemperhati Masalah Politik dan Sosial Keagamaan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar